Rasulullah
saw. pernah mengirimkan surat kepada Raja Habsyah, yakni Najasyi yang beragama Nasrani,
sebagai berikut:
Bismillâhirrahmânirrahîm.
Dari
Muhammad Rasulullah kepada Najasy Raja Habsyah yang agung.
Keselamatan
bagi orang yang mengikuti petunjuk.
Setelah itu, aku memuji Allah, yakni Tiada tuhan kecuali Dia,
Raja Yang Suci, Yang Mahasejahtera, Yang mengaruniakan keamanan, dan Yang Maha
Memelihara. Aku bersaksi bahwa Isa bin Maryam adalah ruh Allah, yang
kalimat-Nya bertemu pada Maryam—yang perawan serta menjaga kebaikan dan
kesucian. Ia lalu mengandung Isa yang (berasal) dari ruh-Nya yang ditiupkan,
sebagaimana (Dia) menciptakan Adam dengan tangan (kekuasaan)-Nya.
Aku mengajak engkau (beriman) kepada Allah Yang Esa, Yang tiada
berserikat sesuatu di dalamnya, dan setia menaati-Nya; agar engkau mengikuti
dan mematuhi apa yang datang kepadaku. Aku adalah Rasul (utusan) Allah. Aku
mengajakmu dan bala tentara (pendukung)-mu kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Aku telah menyampaikan dan telah aku nasihatkan.
Jadi, terimalah nasihatku ini.
Keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk. (M. Hamidullah, Majmû‘ah al-Watsâ’iq as-Siyâsiyah li ‘Ahdi
an-Nabawi wa al-Khilâfah ar-Rasyîdah, hlm. 101-103)
Tidak
lama kemudian, datang surat balasan Najasyi kepada Rasulullah saw. sebagai
berikut:
Bismillâhirrahmânirrahîm.
Kepada
Muhammad Rasulullah dari Najasy al-Asham bin Abjar.
Keselamatan
bagimu, wahai Nabiyallah, rahmat Allah, dan berkat-Nya. Dari Allahlah, Yang
tiada tuhan kecuali Dia, Yang telah menunjuki aku pada Islam.
Setelah itu, telah sampai suratmu, wahai Rasulullah, kepadaku
dan apa yang engkau singgung tentang perkara Isa. Demi Tuhan langit dan bumi,
Isa tidak lebih dari apa yang telah engkau sebutkan dan katakan. Aku mengetahui
apa yang engkau utus kepada kami. Kami telah membacanya (melalui) anak pamanmu
dan sahabat-sahabatmu. Karena itu, aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah
yang benar dan dibenarkan. Aku telah berbaiat kepadamu, anak pamanmu, dan sahabat-sahabatmu.
Aku telah memeluk Islam dengan (pertolongan) Allah Tuhan semesta alam.
Aku mengutus kepadamu anakku, Arha bin Asham bin Abjar. Aku
tidak memiliki sesuatu kecuali diriku sendiri. Karena itu, jika engkau
menghendaki aku datang kepadamu, aku pasti melakukannya, wahai Rasulullah. Aku
bersaksi bahwa apa yang engkau katakan itu benar.
Keselamatan atasmu, wahai Rasulullah. (Ibidem, hlm. 104-105).
Apakah sikap kaum Muslim serta para ulama dan penguasa mereka, ketika
berinteraksi dengan orang-orang kafir, bersikap seperti Rasulullah saw.—yaitu
mengajak memeluk Islam—ataukah sebaliknya, yakni mempropagandakan toleransi
yang ditujukan kepada kaum Muslim demi menyenangkan hati orang-orang kafir? [AF]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar