Jumat, 15 November 2013

DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW KEPADA RAJA NAJASYI




            Rasulullah saw. pernah mengirimkan surat kepada Raja Habsyah, yakni Najasyi yang beragama Nasrani, sebagai berikut:

Bismillâhirrahmânirrahîm.

Dari Muhammad Rasulullah kepada Najasy Raja Habsyah yang agung.
Keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk.
Setelah itu, aku memuji Allah, yakni Tiada tuhan kecuali Dia, Raja Yang Suci, Yang Mahasejahtera, Yang mengaruniakan keamanan, dan Yang Maha Memelihara. Aku bersaksi bahwa Isa bin Maryam adalah ruh Allah, yang kalimat-Nya bertemu pada Maryam—yang perawan serta menjaga kebaikan dan kesucian. Ia lalu mengandung Isa yang (berasal) dari ruh-Nya yang ditiupkan, sebagaimana (Dia) menciptakan Adam dengan tangan (kekuasaan)-Nya.
Aku mengajak engkau (beriman) kepada Allah Yang Esa, Yang tiada berserikat sesuatu di dalamnya, dan setia menaati-Nya; agar engkau mengikuti dan mematuhi apa yang datang kepadaku. Aku adalah Rasul (utusan) Allah. Aku mengajakmu dan bala tentara (pendukung)-mu kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Aku telah menyampaikan dan telah aku nasihatkan. Jadi, terimalah nasihatku ini.
Keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk. (M. Hamidullah, Majmû‘ah al-Watsâ’iq as-Siyâsiyah li ‘Ahdi an-Nabawi wa al-Khilâfah ar-Rasyîdah, hlm. 101-103)
           
Tidak lama kemudian, datang surat balasan Najasyi kepada Rasulullah saw. sebagai berikut:

Bismillâhirrahmânirrahîm.

Kepada Muhammad Rasulullah dari Najasy al-Asham bin Abjar.
Keselamatan bagimu, wahai Nabiyallah, rahmat Allah, dan berkat-Nya. Dari Allahlah, Yang tiada tuhan kecuali Dia, Yang telah menunjuki aku pada Islam.
Setelah itu, telah sampai suratmu, wahai Rasulullah, kepadaku dan apa yang engkau singgung tentang perkara Isa. Demi Tuhan langit dan bumi, Isa tidak lebih dari apa yang telah engkau sebutkan dan katakan. Aku mengetahui apa yang engkau utus kepada kami. Kami telah membacanya (melalui) anak pamanmu dan sahabat-sahabatmu. Karena itu, aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah yang benar dan dibenarkan. Aku telah berbaiat kepadamu, anak pamanmu, dan sahabat-sahabatmu. Aku telah memeluk Islam dengan (pertolongan) Allah Tuhan semesta alam.
Aku mengutus kepadamu anakku, Arha bin Asham bin Abjar. Aku tidak memiliki sesuatu kecuali diriku sendiri. Karena itu, jika engkau menghendaki aku datang kepadamu, aku pasti melakukannya, wahai Rasulullah. Aku bersaksi bahwa apa yang engkau katakan itu benar.
Keselamatan atasmu, wahai Rasulullah. (Ibidem, hlm. 104-105).

            Apakah sikap kaum Muslim serta para ulama dan penguasa mereka, ketika berinteraksi dengan orang-orang kafir, bersikap seperti Rasulullah saw.—yaitu mengajak memeluk Islam—ataukah sebaliknya, yakni mempropagandakan toleransi yang ditujukan kepada kaum Muslim demi menyenangkan hati orang-orang kafir? [AF]




Tidak ada komentar:

Posting Komentar