Selama 63 tahun
hidup Rosululloh Muhammad SAW, sungguh kita telah diberikan satu deskripsi
profil manusia yang penuh dengan kesempurnaan. Tersaji dengan gamblang pada
kita semua, perilaku dan sikap beliau untuk menjadi uswah bagi kita agar kita
menjadi insan mulia, hambah Alloh SWT yang paling bertaqwa.
Saat kita menelaah fragmentasi kehidupan beliau yang tertulis dalam
siroh, ada pelajaran bagi kita tentang karakteristik dan sikap beliau sebagai
pemimpin, yang lekat dalam diri beliau integrasi multi kesempurnaan. Paduan
kesempurnaan antara qiyadah fikriyyah dan qiyadah sakhshiyyah. Berikut ini
sekelumit uraian pelajaran yang mampu kami ungkapkan tentang karakteristik
kepemimpinan beliau yang hendaknya kita jadikan uswah dalam kita memimpin,
memimpin siapa saja dimana saja.
A. Kejujuran
yang terbukti dan teruji
Tatkala pembangunan Ka’bah sampai pada bagian Hajar Aswad, orang-orang
Quraisy saling berselisih tentang siapa yang berhak mendapatkan kehormatan
meletakkan Hajar Aswad di tempatnya semula. Perselisihan itu terus berlanjut
selama empat atau lima
hari. Perselisihan ini semakin meruncing bahkan hampir saja menjurus pada
pertumpahan darah di tanah suci. Adalah Abu Ummayyah bin Al-Mughirah
Al-Makhzumy tampil dan menawarkan jalan keluar dengan menyerahkan urusan ini
kepada siapapun yang pertama kali masuk lewat pintu masjid. Mereka menerima
cara ini. Dengan kehendak Alloh, orang yang lewat pintu tersebut adalah Rosululloh
Muhammad SAW. Tatkala mengetahui hal ini, mereka berbisik-bisik, “Inilah
Al-Amin. Kami ridlo kepadanya. Inilah dia Muhammad”. (Siroh Ibnu Hisyam
XII/192)
1. Kejujuran adalah perilaku kunci yang sangat efektif
untuk membangun kepercayaan (kredibilitas) sebagai seorang pemimpin, begitu
pula bila sebaliknya, dapat menghancurkan kehidupan seseorang.
2. Biasakanlah selalu jujur dimulai dari hal yang
paling sederhana dan kecil sekalipun, walaupun terhadap anak kecil, karena
sesunggunya Allah menilai perilaku kita, yakinlah tak akan pernah untung sama
sekali dengan ketidakjujuran selain kerugian yang mendera dan menghancurkan,
sudah terlalu banyak bukti di sekitar kita untuk dijadikan pelajaran.
3. Jangan sekali-kali berbohong atau terpancing untuk
menambah omongan sehingga menjadi dusta walau dalam gurauan sekalipun.
4. Jangan pernah mudah membuat janji, pastikan setiap
janji yang diucapkan sudah diperhitungkan matang-matang, dan berusaha keraslah
untuk memenuhi janji.
5. Tepat waktulah dalam segala hal, jangan terlambat
atau gemar menunda-nunda atau mengakhirkan.
6. Biasakanlah memiliki data dan fakta yang jelas, dan
bersikaplah terbuka.
7. Milikilah kemampuan dan kesungguhan mengevaluasi
diri, dan segera perbaiki diri begitu ditemukan kesalahan serta
bertanggungjawablah dengan sungguh-sungguh dan tulus.
8. Jangan pernah patah semangat bila didapati masa
lalu kita pernah atau banyak keidakjujuran.
B. Cakap dan
Cerdas
Komponen kedua yang tak kalah pentingnya adalah kehandalan dan kecakapan
kita dalam melaksanakan tugas. Walaupun sangat dikenal dan teruji kejujurannya
tapi kalau dalam melaksanakan tugas sering berbuat lalai dan kesalahan maka hal
ini pun akan merontokkan kredibilitas.
Sebelum Perang Badar Al-Kubro, suatu sore, Rosululloh SAW mengirim
mata-mata untuk mengetahui data tentang musuh. Kunci utamanya adalah secara
sadar kita harus selalu belajar, melatih diri, mengembangkan kemampuan, wawasan
serta keterampilan kita secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga selalu
memiliki kesiapan yang memadai untuk melaksanakan tugas.
1. Awalilah selalu dengan membuat perencanaan yang
baik dan persiapan yang matang, gagal dalam merencanakan sama dengan
merencanakan kegagalan
2. Jangan lupa selalu check and recheck, tak boleh
kita melakukan sesuatu tanpa cek ulang, sangat banyak peluang kesalahan atau
kegagalan yang terselamatkan dengan sikap yang selalu mengadakan pengecekan
ulang.
3. Laksanakan segala sesuatu dengan kesungguhan, sikap
yang hati-hati dan cermat, jangan anggap remeh kelalaian dan kecerobohan karena
semua itu biang kesalahan dan kegagalan.
4. Selalu sempatkan untuk evaluasi dari setiap tahapan
apapun yang kita lakukan, percayalah merenung sejenak untuk mengevaluasi
membuat karya kita akan semakin bermutu.
5. Nikmatilah dengan menyempurnakan apa yang bisa
dilakukan, jangan pernah puas dengan setengah-setengah, jangan pula puas dengan
90%, kalau kita bisa menyempurnakannya, mengapa tidak?
C. Inovatif dan
Berwawasan ke Depan.
Segala sesuatu yang ada selalu berubah, di dunia ini tidak ada sesuatu
apapun yang tidak berubah. Satu-satunya yang tetap adalah perubahan itu
sendiri. Oleh karena itu siapa pun yang tidak menyiapkan diri untuk menghadapi
perubahan maka dia akan tergilas kalah oleh perubahan tersebut.
Maka jelaslah sudah yang dimaksud dengan sabda Rasulullah bahwa orang yang
hari ini sama dengan hari kemarin adalah orang yang merugi karena berarti tak
ada kemajuan dan tetinggal oleh perubahan, orang yang hari ini lebih buruk dari
hari kemarin dianggap orang yang celaka, karena berarti akan tertinggal jauh
dan sulit mengejar, satu-satunya pilihan bagi orang yangberuntung adalah hari
ini harus lebih baik dari hari kemarin, berarti harus ada penambahan sesuatu
yang bermanfaat, inilah sikap perubahan yang diharapkan selalu terjadi pada
seorang muslim, sehingga tidak akan pernah tertinggal, dia selalu antisipatif
terhadap perubahan, dan selalu siap menyikapi perubahan.
Berikut ini beberapa anjuran agar kita dapat selalu mengembangkan
kemanpuan kreatif kita:
1. Banyak membaca dan menulis.
2. Banyak berdiskusi dan bertanya.
3. Banyak melihat (mengadakan studi banding).
4. Banyak merenung (tafakur).
5. Banyak berbuat dan mencoba.
6. Banyak beribadah dan berdo'a.
Mudah-mudahan kegigihan diri kita, menjaga agar karir hidup ini menjadi
orang bersih, terbuka, jujur terpercaya, kita lakukan dengan tulus karena Allah
semata. Selamat berjuang saudaraku sekalian, cukuplah Allah sebagai
satu-satunya tujuan, pelindung, tumpuan harapan dan satu-satunya penolong kita
semua.
D. Tegas tapi
Rendah Hati.
Setelah paman beliau, Abu Tholib, didatangi serta diiancam para pembesar
Quraisy, berkatalah ia, “ Wahai anak saudaraku, sesungguhnya kaumku telah
mendatangiku, lalu mereka berkata begini dan begitu kepadaku. Maka hentikanlah
demi diriku dan dirimu sendiri. Janganlah engkau membenaniku sesuatu di luar
kesanggupanku.”
Rosululloh SAW mengira pamannya akan menelantarkannya dan sudah tidak
mau lagi mendukungnya. Maka beliau bersabda, “Wahai pamanku, demi Alloh,
andaikan mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan
kiriku, agar aku meninggalkan agama ini, hingga Alloh memenangkannya atau aku
ikut binasa karenanya, maka aku tidak akan meninggalkannya”. (Siroh Ibnu Hisyam
I/226).
Seorang pemimpin dituntut untuk bersikap tegas, terutama saat berpihak
pada kebenaran. Namun tidak boleh takabur, ia harus tetap rendah hati.
E. Pemberani
tapi Bersahaja.
F. Kuat Fisik
dan Tahan Penderitaan.
Wallahu a'lam
bishshawab.
--------------------------------
Penulis adalah
Dosen STIE Syari'ah Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar