Amir ibnu farihah
adalah maula (budak) Thufail ibnu Harits, dan Thufail adalah saudara tiri
Aisyah lain ibu yaitu isteri Rasulullah Saw. Ibunya bernama Ummum Ruman.
Setelah Amir mendengar bahwasanya Muhammad ibnu Abdullah diberi wahyu dari
Allah, maka Amir bergegas datang ke hadapan Rasulullah. Kemudian menyatakan
keislamannya di hadapan beliau. Ke-islamannya menimbulkan kemarahan di kalangan
kaum Quraisy karena mereka khawatir makin tersebarnya agama Islam. Mereka
mencoba mengembalikannya kepada kekufuran dengan janji kemerdekaan dan juga
ancaman, namun Amir hanya menutup telinganya dan mengikrarkan bahwa tidak ada
satupun yang ia takuti selain Allah Swt.
Ia kemudian
menantang kaum Quraisy, yang membuat kaum itu geram dan lalu melemparnya ke
atas batu-batu yang panas di siang hari setelah menelanjanginya, lalu mereka
juga menyetrika para budak dengan besi yang panas. Namun tidak ada satupun yang
mau kembali kepada kekufuran. Setelah Abu Bakar mengetahui bahwa Amir ibnu
Farihah masuk Islam, dan setiap hari ia menanggung beban yang amat berat, maka
ia segera pergi ke rumah Thufail untuk membeli Amir.
Setelah Amir
memperoleh kemerdekaan ia turut berhijrah bersama Rasulullah Saw, dan menjadi
tamu Sa'ad ibnu Khaitsamah. Sa'ad adalah salah seorang dari 12 pemimpin baiat
Aqabah yang kedua. Di Madinah, Amir sibukberdagang, tapi dia tidak pernah absen
untuk sholat berjama'ah bersama Rasulullah. Ia sedikit berbicara, dan lebih
suka berdzikir kepada Allah Swt. Ia juga turut dalam beberapa peperangan, dan
termasuk dalm pasukan yang berjalan kaki. Dia juga termasuk yang diberi
peringatan oleh Allah Swt pada saat perang uhud, karena melakukan pelanggaran
menuruni bukit uhud.
Pada bulan Safar
tahun ke-empat hijriah, Sorang pembesar Najed yang bernama Amir ibnu Malik,
dengan panggilan Abu Barra yang meminta beberapa utusan dari Rasulullah untukk
mengajak kaumnya mengikuti agama Islam. Dan dia berani menjamin kalau utusan
tersebut tidak akan diserang oleh kaumnya. Akhirnya Rasulullah mengutus 40
orang yang diantaranya adalah Amir ibnu Farihah, di bawah pimpinan Al Mundzir
ibnu Amr. Setelah berkemah di Bi Ma'unah, utusan itu mengirim lagi Haram ibnu
Malhan sebagai delegasi untuk menyampaikan surat dari Rasulullah kepada Amir ibnu
Thufail yang menjadi tokoh di daerah itu. Amir ibnu Thufail enggan membaca surat itu, sebaliknya ia
malah menghunus pedang dan membunuh utusan tersebut. Dia kemudian meminta
bantuan Bani Amir untuk meyerang utusan lain Rasulullah, namun Bani tersebut
menolak dengan alasan tidak akan melanggar janji Abu Barra'. Bantuan baru dia
dapat oleh Bani Sulaim, yang langsung mengepung para utusan Rasulullah. Mereka
membunuh para utusan tersebut hingga tersisa hanya 3 orang.
Amir ibnu Farihah,
termasuk utusan yang syahid di Bir Ma'unah, ia dibunuh oleh Jabr ibnu Salma al
Kabaly dengan tusukan panah di antara dua pundaknya, hingga ujung panah itu
menembus pundaknya. Ketika terbunuh Amir ibnu Farihah sempat berkata,
"Sungguh aku telah beruntung." Jabar kemudian bertanya, "Karena
apakah Amir merasa beruntung pada saat itu?" Para sahabt menjawab,
"Ia beruntung karena mati syahid." Jabar menambahkan, "Sungguh,
aku melihat jenazahnya terangkat tinggi ke langit, hingga aku tidak bisa
melihatnya." Setelah menyaksikan kejadian itu Jabbar menyatakan masuk
Islam.
Setelah berita para
utusan tersebut sampai ke Rasulullah, beliau merasa sangat sedih, dan beliau
bersabda, "Ini adalah perbuatan Abu Barra. Sebelumnya aku tidak ingin
mengirim utusan ke Nejeb karena aku khawatir kejadian seperti ini. Kemudian
para sahabt melaporkan, "Kami tidak menemukan jenazah Amir ibnu Farihah
padahal ia juga mati syahid." Sabda beliau, "Malaikat telah mengubur
jenazahnya dan kini ia berada di tempat yang paling tinggi."
Subhanallah....Dikirimkan
oleh Dwi Ningsih - Muslimah SLTP Negeri 18 SurabayaDikutip dari: Kehidupan
Orang-orang Shaleh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar