“Orang seperti dia, tidak dapat tanpa diketahui
dibiarkan begitu saja. Dia harus diincar sebagai calon pemimpin Islam. Jika dia
menggabungkan diri dengan kaum Muslimin dalam peperangan melawan orang-orang
kafir, kita harus mengangkatnya ke dalam golongan pemimpin”. (Perkataan Rasulullah tentang Khalid bin Walid).
Entah apa yang ada di benak Khalid bin Walid ketika Abu
Bakar menunjuknya menjadi panglima pasukan sebanyak 46.000. Hanya ia dan Allah
saja yang tahu kiranya. Khalid tak hentinya beristigfar. Ia sama sekali tidak
gentar dengan peperangan yang akan ia hadapi. 240.000 tentara Bizantin. Ia
hanya khawatir tidak bisa mengendalikan hatinya karena pengangkatan itu. Kaum
muslimin tengah bersiap menyongsong Perang Yarmuk sebagai penegakan izzah Islam
berikutnya.
Hampir semua tentara muslim gembira dengan penunjukkan
itu. Selama ini memang Khalid bin Walid adalah seorang pemimpin di lapangan
yang tepat. Abu Bakar pun tidk begitu saja menunjuk pejuang yang berjuluk
“Pedang Allah” itu. Sejak kecil, Khalid dikenal sebagai seorang yang keras.
Padahal ia dibesarkan dari sebuah keluarga yang kaya. Sejak usia dini, ia
menceburkan dirinya ke dalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah
mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga
mencurahkan perhatiannya ke dalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya
yang asli, ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi
seorang yang luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang.
Konon, hanya Khalid bin Walid seorang yang pernah memorak-porandakan pasukan
kaum muslimin, semasa ia masih belum memeluk Islam.
Khalid bin Walid sekarang memutar otak. Bingung bukan
buatan. Tentara Bizantin Romawi berkali-kali lipat banyaknya dengan jumlah
pasukan kaum muslimin. Ditambah, pasukan Islam yang dipimpinya tanpa
persenjataan yang lengkap, tidak terlatih dan rendah mutunya. Ini berbeda
dengan angkatan perang Romawi yang bersenjatakan lengkap dan baik, terlatih dan
jumlahnya lebih banyak. Dan mereka akan berhadapan di dataran Yarmuk. Tentara
Romawi yan hebat itu berkekuatan lebih dari 3 lakh serdadu bersenjata lengkap,
diantaranya 80.000 orang diikat dengan rantai untuk mencegah kemungkinan
mundurnya mereka. Tentara Muslim seluruhnya berjumlah 46.000 orang itu, sesuai
dengan strategi Khalid, dipecah menjadi 40 kontingen untuk memberi kesan
seolah-olah mereka lebih besar daripada musuh.
Strategi Khalid ternyata sangat ampuh. Saat itu, taktik
yang digunakan oleh Romawi terutama di Arab Utara dan selatan ialah dengan
membagi tentaranya menjadi lima
bagian, depan, belakang, kanan, kiri dan tengah. Heraclus sebagai ketua tentara
Romawi telah mengikat tentaranya dengan besi antara satu sama lain. Ini
dilakukan agar mereka jangan sampai lari dari peperangan. Romawi juga
menggunakan taktik dan strategi tetsudo (kura-kura). Jenis tentara Rom dikenal
sebagai ‘legions', yang satu bagiannya terdapat 3000-6000 laskar berjalan kaki
dan 100-200 laskar berkuda. Ditambah dengan dan ‘tentara bergajah'. Kegigihan
Khalid bin Walid dalam memimpin pasukannya membuahkan hasil yang membuat hampir
semua orang tercengang. Pasukan muslim yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu
berhasil memukul mundur tentara Romawi dan menaklukkan wilayah itu.
Tentara kaum muslimin jelas sangat bersuka cita. Semua
mengucapkan syujur kepada Allah swt. Namun semua orang juga tertuju kepada sang
panglima, Khalid bin Walid. Strateginya telah memberikan kemudahan bagi kaum
muslimin. Hampir semua orang menyebut-nyebut dan memuji Khalid bin Walid.
Sisa-sisa perang Yarmuk belum lagi hilang. Kegembiraan
kaum muslimin pun belum juga sirna. Di tengah-tengah itu datang lah utusan dari
Umar bin Khattab. Umar yang telah menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar
merasa khawatir, kekaguman kaum muslimin terhadap Khalid bin Walid terlalu
berlebihan. Khawatir akan mempengaruhi perjuangan Khalid. Maka, Umar pun
menunjukkan seseorang yang jauh lebih muda daripada Khalid untuk
menggantikannya, Abu Ubaidah. Dibandingkan dengan Khalid bin Walid, Abu Ubaidah
masih belum apa-apa.
Khalid bin Walid terdiam. Sepenuhnya ia memahami
penggantian itu. Ia sama sekali tidak terpengaruh. Orang-orang sempat terdiam
ketika panglima besar itu berujar dengan tegas, “Aku berperang bukan untuk
Umar. Tapi untuk Islam.” Setelah itu, Khalid terus ikut berjuang membela Islam
seperti biasanya. Tidak terpengaruh oleh penurunan pangkatnya. Untuk Islam,
hatinya senantiasa ikhlas, karena apapun yang ia lakukan – besar ataupun kecil,
jika itu untuk Allah, akan berbuah surga.
Wallahu A' lam bish Shawab
--------
Penulis/Sumber : Majalah Saksi
Pengirim : Ayu Shafiyah
Email : shaf_si_116@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar