Senin, 31 Maret 2014

STRATEGI PEMBELAJARAN


A.    Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos yang artinya suatu usaha untuk mencapai kemenangan  dalam suatu peperangan awalnya digunakan dalam lingkungan militer. Istilah strategi diadopsi dalam konteks pembelajaran yang dikenal dengan istilah strategi pembelajaran. Banyak pengertian strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Antara lain sebagai berikut:
1.      Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan), termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran (Wina Sanjaya, 2006).
2.      Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem pembelajaran, dimana untuk itu guru menggunakan siasat tertentu.
3.      Strategi belajar mengajar sebagai pola umum perbuatan guru murid di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar yang menunjuk pada karakteristik abstrak dari pada rentetan perbuatan guru murid tersebut. T Raka Joni (1980).
Secara luas strategi diartikan sebagai suatu cara penetapan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, termasuk perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Pada dimensi perencanaan strategi pembelajaran adalah desain yang memuat komponen komponen pembelajaran secara utuh sebagai rencana dalam melaksanakan pembelajaran. Pada dimensi pelaksanaan strategi pembelajaran merupakan upaya yang strategis dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menyelaraskan konsistensi komponen-komponen pembelajaran untuk mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dan meningkatkan kualitas hasil belajar.
Seperti yang kita ketahui bahwa strategi pembelajaran adalah alat interaksi di dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan harus menimbulkan aktifitas belajar yang baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Setelah mencermati konsep strategi pembelajaran, kita perlu mengkaji pula tentang istilah lain yang erat kaitanya dengan strategi pembelajaran dan memiliki keterkaitan makna yaitu pendekatan, metoda dan teknik.

1.      Pendekatan
Istilah pendekatan secara harfiah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “proses, perbuatan, cara mendekati. Pendekatan adalah cara umum seorang guru memandang persoalan atau obyek sehingga diperoleh kesan tertentu. Kesan yang muncul ini bagi seseorang mungkin saja berbeda dengan yang lainnya dan ini akan berpengaruh pada pemilihan strategi.
Lebih Lanjut T Raka Joni dalam Soli Abimayu, dkk (2008) mengemukakan: Pendekatan diartikan sebagai “Cara umum dalam memandang permasalahan dan obyek kajian sehingga berdampak ibarat seseorang menggunakan kacamata tertentu dalam memandang alam. Kacamata berwarna hijau akan menyebabkan dunia kelihatan kehijau-hijauan kaca mata warna coklat akan membuat dunia kelihatan kecoklat-coklatan.
Jadi pendekatan digunakan apabila bersangkut paut dengan cara-cara umum atau asumsi dalam menyikapi sesuatu masalah ke arah pemecahannya. Contohnya pendekatan sistem dalam pembelajaran artinya memandang pembelajaran sebagai suatu sistem yang terdiri dari kompoen-komponen yang satu sama lain saling berinteraksi berhubungan dan saling ketergantungan. Mencermati beberapa pandangan tentang strategi dan pendekatan sepertinya memiliki kemiripan tetapi ternyata pendekatan berbeda baik dengan strategi maupun metode. Tetapi ketiganya memilki keterkaitan dalam konteks pembelajaran.
Menurut Sanjaya (2006) pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Bertolak dari beberapa pandangan di atas, pendekatan pembelajaran adalah suatu cara pandang dalam melihat dan memahami situasi pembelajaran. Salah satu konsep pokok utama yang perlu menjadi perhatian guru dalam memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran adalah pemahaman dan pengusaan konsep pendekatan pembelajaran (learning approach). Seperti halnya batasan strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran juga merupakan bagian dari pemerolehan kerangka berpikir guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran agar berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) tinggi. Cara pandang ini ada pada titik yang berlawanan contoh ada yang berpusat pada guru yang dikenal (teacher centred). Apabila dalam pebelajaran memandang siswa yang harus aktif siswa sebagai subyek belajar maka pendekatan yang digunakan pendekatan berpusat pada siswa atau (student centred). Roy Killen dalam Sanjaya (2006) mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centred approach) dan pedekatan yang berpusat pada siswa (student centred approach.

2.      Metoda Pembelajaran (Metoda Mengajar)
Strategi dalam arti sempit sering disebut metoda, kalau begitu apa bedanya strategi dengan metoda? Menurut Sanjaya (2006) strategi adalah a plan of operation achieving something. Sedangkan metoda adalah a way in achieving something. Dari pengertian tersebut metoda adalah cara untuk mencapai tujuan. Menurut T. Raka Joni dalam Soli Abimanyu dkk (2008) metoda sebagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain metoda adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan bahan pelajaran agar tujuan atau kompetensi dasar dapat tercapai. Dalam strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru dapat menggunakan beberapa metoda, sebagai contoh; ketika seorang guru menggunakan strategi ekspositorik, maka metoda yang digunakan bisa metoda ceramah dan tanya jawab. Apabila menggunakan strategi heuristik dapat menggunakan metoda ceramah, eksperimen dan diskusi.
Coba Anda cermati konsep pendekatan strategi dan metoda di mana letak perbedaan dari ketiga konsep tersebut dan bagaimana keterkaitan ketiga konsep tersebut dalam konteks pembelajaran.
Melalui bagan tersebut secara visual kita dapat melihat secara jelas keterkaian antara pendekatan, strategi dan mettda. Contoh apabila guru menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru maka strategi pembelajarannya bisa ekspositorik atau deduktif. Sedangkan metoda yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran apakah menggunakan metoda ceramah, tanya jawab, demonstrasi atau ketiganya. Demikian pula halnya apabila guru menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa maka strategi yang dapat dipilih heuristik atau induktif. Sedangkan metoda yang digunakan diskusi, simulasi, eksperimen atau metoda-metoda pembelajaran (metoda mengajar) yang memungkinkan siswa aktif.

B. Dasar Pemilihan Strategi Pembelajaran
1.      Tujuan Pembelajaran
Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru. Misalnya, seorang guru Olahraga dan Kesehatan menetapkan tujuan pembelajaran agar siswa dapat mendemontrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar. Dalam hal ini metode yang dapat membantu siswa-siswa mencapai tujuan adalah metode ceramah, guru memberi instruksi, petunjuk, aba-aba dan dilaksanakan di lapangan, kemudian metode demonstrasi, siswa-siswa mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar, selanjutnya dapat digunakan metode pembagian tugas, siswa-siswa diberi tugasi, bagaimana menjadi keeper, kapten, gelandang, dan apa tugas mereka, dan bagaimana mereka dapat bekerjasama dan menendang bola.
Dalam contoh ini, terdapat kemampuan siswa pada tingkat kognitif dan psikomotorik. Demikian juga diaplikasikan kemampuan afektif, tentang bagaimana kemampuan mereka dalam bekerjasama dalam bermain bola dari metode pemberian tugas yang diberikan guru kepada setiap individu.
Dalam silabus telah dirumuskan indikator hasil belajar atau hasil yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses pembelajaran. Terdapat empat komponen pokok dalam merumuskan indikator hasil belajar yaitu:
a.       Penentuan subyek belajar untuk menunjukkan sasaran belajar.
b.      Kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat ditampilkan melalui peformance siswa.
c.       Keadaan dan situasi di mana siswa dapat mendemonstrasikan performance-nya
d.      Standar kualitas dan kuantitas hasil belajar.
Berdasarkan indikator dalam penentuan tujuan pembelajaran maka dapat dirumuskan tujuan pembelajaran mengandung unsur; audience (peserta didik), behavior (perilaku yang harus dimiliki), condition (kondisi dan situasi) dan degree (kualitas dan kuantítas hasil belajar).

2.      Aktivitas dan Pengetahuan Awal Siswa
Belajar merupakan perbuatan, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan hanya terbatas pada aktifitas fisik saja akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis atau aktivitas mental.
Pada awal atau sebelum guru masuk ke kelas memberi materi pengajaran kepada siswa, ada tugas guru yang tidak boleh dilupakan adalah untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Sewaktu memberi materi pengajaran kelak guru tidak kecewa dengan hasil yang dicapai siswa, untuk mendapat pengetahuan awal siswa guru dapat melakukan pretes tertulis, tanya jawab di awal pelajaran. Dengan mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat menyusun strategi memilih metode pembelajaran yang tepat pada siswa-siswa.
Apa metode yang akan kita pergunakan? Sangat tergantung juga pada pengetahuan awal siswa, guru telah mengidentifikasi pengetahuan awal. Pengetahuan awal dapat berasal dari pokok bahasan yang akan kita ajarkan, jika siswa tidak memiliki prinsip, konsep, dan fakta atau memiliki pengalaman, maka kemungkinan besar mereka belum dapat dipergunakan metode yang bersifat belajar mandiri, hanya metode yang dapat diterapkan ceramah, demonstrasi, penampilan, latihan dengan teman, sumbang saran, pratikum, bermain peran dan lain-lain. Sebaliknya jika siswa telah memahami prinsip, konsep, dan fakta maka guru dapat mempergunakan metode diskusi, studi mandiri, studi kasus, dan metode insiden, sifat metode ini lebih banyak analisis, dan memecah masalah.

3.      Integritas Bidang Studi/Pokok Bahasan
Mengajar merupakan usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian secara terintegritas. Karena itu metode yang digunakan lebih berorientasi pada masing-masing ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang terdapat dalam pokok bahasan.
Umpamanya ranah psikomotorik lebih dominan dalam pokok bahasan tersebut, maka metode demonstrasi yang dibutuhkan, siswa berkesempatan mendemostrasikan materi secara bergiliran di dalam kelas atau di lapangan. Dengan demikian metode yang kita pergunakan tidak terlepas dari bentuk dan muatan materi dalam pokok bahasan yang disampaikan kepada siswa.
Dalam pengelolaan pembelajaran terdapat beberapa prinsip yang harus diketahui di antaranya:
a.      Interaktif
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi baik antara guru dan siswa, siswa dengan siswa atau antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.
b.      Inspiratif
Proses pembelajaran merupakan proses yang inspiratif, yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Biarkan siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sndiri, sebab pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap subjek belajar.
c.       Menyenangkan
Proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan. Proses pembelajaran menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruangan yang apik dan menarik dan pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber-sumber belajar yang relevan.
d.      Menantang
Proses pembelajaran merupakan proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan itu dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-coba, berpikir intuitif atau bereksplorasi.
b.      Motivasi
Motivasi merupakan aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Seorang guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekadar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.

4.      Alokasi Waktu dan Sarana Penunjang
Waktu yang tersedia dalam pemberian materi pelajaran satu jam pelajaran 45 menit, maka metode yang dipergunakan telah dirancang sebelumnya, termasuk di dalamnya perangkat penunjang pembelajaran, perangkat pembelajaran itu dapat dipergunakan oleh guru secara berulang-ulang, seperti transparan, chart, video pembelajaran, film, dan sebagainya.
Metode pembelajaran disesuaikan dengan materi, seperti mata pelajaran IPA, metode yang akan diterapkan adalah metode praktikum, bukan berarti metode lain tidak kita pergunakan, metode ceramah sangat perlu yang waktunya dialokasi sekian menit untuk memberi petunjuk, aba-aba, dan arahan. Kemudian memungkinkan mempergunakan metode diskusi, karena dari hasil praktikum siswa memerlukan diskusi kelompok untuk memecah masalah/problem yang mereka hadapi.
     
5.      Jumlah Siswa
Idealnya metode yang kita terapkan di dalam kelas perlu mempertimbangkan jumlah siswa yang hadir, rasio guru dan siswa agar proses belajar mengajar efektif, ukuran kelas menentukan keberhasilan terutama pengelola-an kelas dan penyampaian materi.
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa mutu pengajaran akan tercapai apabila mengurangi besarnya kelas, sebaliknya pengelola pendidikan mengatakan bahwa kelas yang kecil-kecil cenderung tingginya biaya pendidikan dan latihan. Kedua pendapat ini bertentangan, manakala kita dihadapkan pada mutu, maka kita membutuhkan biaya yang sangat besar, bila pendidikan mempertimbangkan biaya sering mutu pendidikan terabaikan, apalagi saat ini kondisi masyarakat Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Pada sekolah dasar umumnya mereka menerima siswa maksimal 40 orang, dan sekolah lanjutan maksimal 32 orang. Kebanyakan ahli pendidikan berpendapat idealnya satu kelas pada sekolah dasar dan sekolah lanjutan 24 orang. Ukuran kelas besar dan jumlah siswa yang banyak, metode ceramah lebih efektif, akan tetapi yang perlu kita ingat metode ceramah memiliki banyak kelemahan dibandingkan metode lainnya, terutama dalam pengukuran keberhasilan siswa. Di samping metode ceramah guru dapat melaksanakan tanya jawab, dan diskusi. Kelas yang kecil dapat diterapkan metode tutorial karena pemberian umpan balik dapat cepat dilakukan, dan perhatian terhadap kebutuhan individual lebih dapat dipenuhi.

6.      Pengalaman dan Kewibawaan Pengajar
Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman, pribahasa mengatakan ”Pengalaman adalah guru yang baik”, hal ini diakui di lembaga pendidikan, kriteria guru berpengalaman, dia telah mengajar selama lebih kurang 10 tahun, maka sekarang bagi calon kepala sekolah boleh mengajukan permohonan menjadi kepala sekolah bila telah mengajar minimal 5 tahun. Dengan demikian guru harus memahami seluk-beluk persekolahan. Strata pendidikan bukan menjadi jaminan utama dalam keberhasilan belajar akan tetapi pengalaman yang menentukan, umpamanya guru peka terhadap masalah, memecahkan masalah, memilih metode yang tepat, merumuskan tujuan instruksional, memotivasi siswa, mengelola siswa, mendapat umpan balik dalam proses belajar mengajar. Jabatan guru adalah jabatan profesi, membutuhkan pengalaman yang panjang sehingga kelak menjadi profesional, akan tetapi profesional guru belum terakui seperti profesional lainnya terutama dalam upah (payment), pengakuan (recognize). Sementara guru diminta memiliki pengetahuan menambah pengetahuan (knowledge esspecialy dan skill) pelayanan (service) tanggung jawab (responsbility) dan persatuan (unity) (Glend Langford, 1978). Di samping berpengalaman, guru harus berwibawa. Kewibawaan merupakan syarat mutlak yang bersifat abstrak bagi guru karena guru harus berhadapan dan mengelola siswa yang berbeda latar belakang akademik dan sosial, guru merupakan sosok tokoh yang disegani bukan ditakuti oleh anak-anak didiknya. Kewibawaan ada pada orang dewasa, ia tumbuh berkembang mengikuti kedewasaan, ia perlu dijaga dan dirawat, kewibawaan mudah luntur oleh perbuatan-perbuatan yang tercela pada diri sendiri masing-masing. Jabatan guru adalah jabatan profesi terhomat, tempat orang-orang bertanya, berkonsultasi, meminta pendapat, menjadi suri tauladan dan sebagainya, ia mengayomi semua lapisan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar