Selasa, 22 April 2014

Ibrah Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Al-Ayyubiyah

Pada masa Dinasti Al-Ayyubiyah, wilayah pemerintahan Islam meluas, yaitu mencakup wilayah mesir, Aleppo, Damaskus, Hamah, Homs, Mayyafariqin, Sinjar, Kayfa, Yaman, dan Kerak. Pada masa pemerintahan Dinasti Al-Ayyubiyah berkembang ilmu agama dan ilmu umum. Ilmu agama , antara lain, tafsir, fikih, hadis, tasawuf, dan lain-lain. Sedang ilmu umum, antara lain, kedokteran, matematika, filsafat, sejarah, dan pertanian.
Ibrah yang dapat kita ambil dari sifat kepemimpinan Dinasti Al-Ayyubiyah , antara lain zuhud, tekun, sungguh-sungguh, cerdas, penuh ilmu dan amal, ikhllas, berakhlak mulia, sangat takut kepada Allah, tasamuh/toleran, dan lain-lain.
Ibrah yang dapat kita ambil dari perkembangan Dinasti Al-Ayyubiyah , antara lain :

1. Hancurnya suatu bangsa biasanya diawali dari perebutan kekuasaan di antara para penguasa/ pejabat. Untuk menghindari terjadinya perebutan kekuasaan, maka perlu dibuat sebuah sistem pergantian kepemimpinan, salah satu caranya adalah melalui pemilihan oleh rakyat/ demokrasi

2. Agar pemimpin memiliki figur dan legimitasi yang kuat dari rakyatnya, maka ia harus:

a. Memerhatikan nasib rakyatnya.

b. Memerhatikan pola hidup sederhana

c. berlaku adil terhadap seluruh lapisan masyarakat dan menjauhi sikap diskriminatif atau membeda-bedakan

d. Memiliki akhlak yang baik/ mulia

e. Amanah dapat dipercaya

3. Agar suatu bangsa keberadaannya diakui dan sejajar dengan bangsa lain, maka harus mau melakukan kerja sama dengan bangsa lain. Sehingga setiap ada permaslahan dapat diselesaikan dengan baik saling menyerang di antara bangsa satu dengan lainnya dan tidak saling menghancurkan. 

Senin, 07 April 2014

BERPIKIR DALAM KEMASLAHATAN



Tersebutlah di suatu masa tiga pengelana yang telah bertahun-tahun menyusuri pelosok negeri. Ia menyusuri berbagai desa untuk mendapatkan jawaban atas segala pertanyaan yang bergelayut di kepalanya. Taka da seorang pun dari desa yang dilalui dapat menjawab pertanyaan yang diajukan
Suatu hari, tiga orang itu singgah di kampung Nasiruddin Hoja. Ia menjelaskan kepada orang-orang kampung , bahwa mereka telah lama berkelana mencari orang yang bijak untuk menanyakan tiga pertanyaan yang sulit didapatkan jawaban nya. Kontan, orang-orang kampung menyodorkan nasiruddin Hoja sebagai wakil mereka, menghadapi tiga pengelana. Maklum , Nasiruddin memang tergolong manusia bijak, cerdas, super cerdik alias panjang akalnya.
Singkat kata, Nasiruddin dipaksa berhadapan dengan tiga pengelana, sekaligus dikelilingi masyarakat desa untuk menyaksikan acara Tanya-jawab yang sangat langka kejadiannya.
Pengelana pertama langsung bertanya:” Wahai Nasiruddin, di manakah letak pusat bumi?”
Nasiruddin langsung menjawb dengan tangkas, “ Tepat di bawah telapak kakiku.”
“ Bagaimana kau tahu?” Tanya si pengelana pertama.
“ Kalau tak percaya ukur sendiri,” kata  Nasiruddin menimpali.
Pengelana pertama terdiam, lantas pengelana kedua melanjutkan pertanyaan, “Nasiruddin tahukah kau berapa banyak jumlah bintang di angkasa sana?”
Nasiruddin tersenyum saja. Dengan enteng ia lalu berkata” Jumlah bintang sama persis denga jumlah bulu keledaiku”
“ Dari mana kau bisa membuktikannya?” Tanya pengelana kedua.
“ Kalau tak percaya hitung saja jumlah bulu keledaiku, pasti jumahnya sama dengan di atas sana,” timpal Nasiruddin dengan entengnya. Pengelana kedua terdiam, tak bisa mematahkan jawaban Nasiruddin Hoja.
Akhirnya , giliran pengalana ketiga untuk mengemukakan pertanyaannya. Ia berdiri maju ke depan, bertanya dengan ketus-arogan,” Tampaknya Anda tahu banyak soal keledai. Tapi sekarang coba kutanyakan kepadamu, berapa jumlah bulu ekor keledaimu?”
“ Oh ……, itu gampang jawabnya. Aku tahu betul berapa jumlahnya,” Jawab Nasiruddin Hoja , “ Jumlah bulu yang ada si ekor keled iku sama dengan jumlah rambut yang ada di janggutmu.”
“ Bagaimana kau bisa membuktikannya?” sela si pengelana ketiga
“ Oooh, itu mudah sekali, Begini, kau cabut sehelai bulu dari ekor keledaiku, kemudian ganti aku mencabut sehelai jenggotmu. Nah, kalau tidak sama, berarti jawabanku tepat-prima , tapi kalau tidak sama, berarti jawbaku keliru, jawab Nasiruddin  dengan entengnya.
Tentu saja pengelana ketiga tak mau menerima usul Nasiruddin  Hoja. Dengan muka memerah marah ia justru berkata dengan menahan marah,” Itu sih jawaban orang tolol”
Tak mau kalah, dengan ucapan keras Nasiruddin langsung menukas tangkas,” Nah, kalau jawabanku tolol, maka pertanyaan kalian lebih tolol lagi. Mana mungkin ada orang tahu pusat bumi dan jumlah bintang? Mana mungkin ada orang mau iseng menghitung bulu ekor keledai?”
Merasa dipermalukan, tiga pengelana itu ngeloyor pergi dengan membawa berbagai pertanyaan yang sebenarnya taka da guna dan manfaatnya.
WASSALAM

SUMBER: SERI KISAH JENAKA SARAT MAKNA BY: DHURORUDIN MASHAD

Sabtu, 05 April 2014

Nasihat Akal-akalan

Suatu hari Nasiruddin Hoja kehabisab uang alias sedang bokek.Sementara perut sudah keroncongan kelaparan , minta segera diisi. Oleh karena itu, ia menggulung tali besar yang kuat, lantas beranjak menuju pasar terdekat. Apa maksudnya? Tiada lain, tiada bukan , ia bermaksud menjadi kuli pikul belanjaan.
Baru saja ia menginjakkan kaki di pasar , seorang penjual periuk telah melambaikan tangan kepadanya, Wah rezeki sudah di depan mata, kata Nasiruddin dalam hatinya . Buru-buru ia menghampiri tukang periuk yang memanggilnya.
Aku punya periuk banyak sekali.maukah kau memikulkannya sampai ke rumahku yang jaraknya dekat sekali? sang penjual bertanya, sedangkan nasiruddin Hoja manggut -manggut ( mengangguk-angguk) sambil memperhatikan tumpukan periuk di hadapannya.
Nanti aku akan bayar dengan tiga nasehat untukmu, sesuatu yang sangat pantas untukmu" lanjut sang penjual
Nasiruddin berpikir sejenak, Betul juga, nasihat yang baik adalah bayaran yang sangat pantas. Uang dapat diperoleh kapan saja, sementara nasihat yang baik tidak gampang untuk mendapatkannya. baik , aku terima saja bayaran berupa nasihat baik itu, barangkali amat berguna bagiku.
Setelah itu, nasiruddin segera memikul barang dagangan periuk itu. kendati berat, namun demi tiga buah nasihat, nasiruddin tak mau berpikir soal penat.
Setelah sekian ratus meter nasiruddin berhenti, ia lantas berkata kepada penjual periuk tadi, bagaimana kalau sekarang saja kau sampaikan nasihat yang baik itu untukku?
Si penjual periuk manggut-manggut lalu berkata : Nasihat yang pertama. katanya" jangan percaya kepada siapa pun yang mengatakan bahwa lebih baik lapar daripada kenyang."
" Itu memang nasihat yang baik, kata Nasiruddin, lantas ia memikul dagangan lagi . Nafasnya ngos-ngosan ( terengah-engah) karena kebaratan menahan beban pikulan. Tak lama kemudian Nasiruddin berhenti lagi untuk menagih bayaran, " Nasihat yang kedua bagaimana?"
" Jangan percaya kepada siapa pu yang menasihatimu bahwa berjalan kaki itu lebih baik daripada berkuda," sambung si pedagang periuk
"Oo......., itu nasihat yang luar biasa bagus. Baru pertama kali aku mendapat nasihat seperti itu, kata Nasiruddin basa-basi seraya berjalan kembali memikul periuk lagi.
Setelah berjalan lebih jauh lagi, Nasiruddin kembali menanyakan nasihat yang ketiga , tapi kali ini tetap dengan memikul periuk di pundaknya.
Nasihat yang ketiga, janganlah percaya kepada siap pun yang mengatakan ada tukang panggul yang lebih bodoh dibandingkan kamu, kata di penjual periuk.
Seketika Nasiruddin menjatuhkan pikulannya hingga barang-barang, periuk-periuk , alias dagangan itu pecah berantakan. Lalu, Nasiruddin berkata" Dan aku nasihatkan kepadamu, jangan percaya kepada siapa pun yang mengatakan bahwa periuk di keranjang ini tidak pecah."
Nasiruddin lalu ngeloyor pergi dengan membawa upah rasa marah. Sebaliknya, si pedagang periuk dengan tak kalah kesal nin sebel, terpaksa menerima nasihat berharga dari Nasiruddin dengan rasa mangkel.

Sumber: Seri Kisah Jenaka Sarat makna By: Dhuroruddin Mashad

Selasa, 01 April 2014

Menutup Aurat



Aurat Wanita Dan Hukum Menutupnya
Yang menjadi dasar aurat wanita adalah:
1. Al-Qur’an
Allah SWT berfirman :
“Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan khumur (jilbab)nya ke dadanya”. (QS. An-Nur : 30-31)
Ayat ini menegaskan empat hal :
a. Perintah untuk menahan pandangan dari yang diharamkan oleh Allah.
b. Perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram.
c. Larangan untuk menampakkan perhiasan kecuali yang biasa tampak.
d. Perintah untuk menutupkan khumur ke dada. Khumur adalah bentuk jamak dari khimar yang berarti kain penutup kepala. Atau dalam bahasa kita disebut jilbab.
Allah SWT berfirman :
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin : Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Qs. Al-Ahzab: 59).
Jilbab dalam bahasa Arab berarti pakaian yang menutupi seluruh tubuh (pakaian kurung), bukan berarti jilbab dalam bahasa kita (lihat arti kata khimar di atas). Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa menutup seluruh tubuh adalah kewajiban setiap mukminah dan merupakan tanda keimanan mereka.
2. Hadits Nabi SAW
Dalam riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasulullah dengan pakaian yang tipis, lantas Rasulullah berpaling darinya dan berkata : Hai Asma, sesungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haidh (akil baligh) maka tak ada yang layak terlihat kecuali ini, sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan. (HR. Abu Daud dan Baihaqi).
Hadits ini menunjukkan dua hal:
  1. Kewajiban menutup seluruh tubuh wanita kecuali wajah dan telapak tangan.
  2. Pakaian yang tipis tidak memenuhi syarat untuk menutup aurat.
Dari kedua dalil di atas jelaslah batasan aurat bagi wanita, yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan dua telapak tangan. Dari dalil tersebut pula kita memahami bahwa menutup aurat adalah wajib. Berarti jika dilaksanakan akan menghasilkan pahala dan jika tidak dilakukan maka akan menuai dosa.
Kewajiban menutup aurat ini tidak hanya berlaku pada saat shalat saja namun juga pada semua tempat yang memungkinkan ada laki-laki lain bisa melihatnya.
A. Aurat wanita bersama wanita
Wanita bersama dengan kaum wanita, bagaikan laki-laki bersama dengan laki-laki, diperbolehkan melihat seluruh badannya kecuali antara lutut dan pusarnya, kecuali diindikasikan akan membawa fitnah, maka tidak boleh menampakkan bagian tubuh itu. Hanya saja kepada wanita yang tidak seagama, wanita muslimah tidak boleh menampakkan auratnya sebagaimana kepada sesama wanita muslimah. Karena wanita yang tidak seagama berstatus orang lain bagi wanita muslimah. Allah berfirman :
Artinya: …atau wanita-wanita Islam…. (QS. An Nur/24:30)
B. Aurat wanita di hadapan laki-laki
Keberadaan wanita di hadapan lawan jenisnya memiliki rincian hukum yang berbeda-beda, yaitu:
a. Di hadapan laki-laki lain, yang tidak ada hubungan mahram.
Maka seluruh badan wanita adalah aurat, kecuali wajah dan telapak tangan. Karena keduanya diperlukan dalam bermuamalah, memberi dan menerima.
Pandangan laki-laki kepada wajah dan telapak tangan wanita bisa diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Tidak diperbolehkan dengan sengaja melihat wajah dan telapak tangan wanita lain tanpa tujuan syar’i. Dan jika tanpa sengaja melihatnya maka segera harus memalingkan pandangan seperti yang telah dijelaskan pada pandangan faj’ah (tanpa sengaja).
2. Melihat karena ada tujuan syar’i dan tidak ada fitnah, seperti melihat untuk melamar. Rasulullah menyuruh Mughirah bin  Syu’bah untuk melihat wanita yang hendak dinikahinya:
Jika salah seorang di antaramu, meminang seorang wanita maka jika ia mampu melihat bagian yang mendorongnya untuk menikahinya maka lakukanlah. (H.R. Ahmad, dan Abu Daud)
Dan untuk semua tujuan itu,  seseorang diperbolehkan melihat wajahnya, yang dengan melihat wajah itu sudah cukup untuk mengenalinya.
3. Memandang dengan syahwat, inilah pandangan terlarang, seperti yang disebutkan dalam hadits Nabi:
Nabi saw bersabda :
“Telah ditetapkan atas setiap anak Adam bagian dari zina, zina mata adalah pandangannya, zina mulut adalah ucapannya, zina telinga adalah mendengarkannya, zina tangan adalah memegangnya, zina kaki adalah melangkah menemuinya, nafsunya berharap dan berselera, kemaluannya membenarkan atau mendustakannya. (H.R. Ibnu Majah)
Asbabun nuzul ayat 30 ini sangat memperjelas kewajiban menjaga pandangan, yaitu kisah seorang laki-laki yang lewat di salah satu jalan di Madinah, ia memandangi seorang wanita. Dan wanita itupun membalas memandanginya. Setan ikut bermain menggoda keduanya, sehingga keduanya saling mengagumi. Sambil berjalan laki-laki itu terus memandangnya hingga ia menabrak tembok dan berdarah hidungnya. Ia berkata:
“Demi Allah! Saya tidak akan membasuh darah ini sebelum saya menemui Rasulullah SAW lalu saya ceritakan kejadian ini.”
Laki-laki itu segera menemui Nabi dan menceritakan kejadiannya. Nabi bersabda:
“Inilah hukuman dosamu”. Dan Allah menurunkan  ayat 30 dan 31 ini.[1]
Pengecualian dalam hukum ini adalah jika berada dalam keadaan terpaksa, seperti penglihatan dokter muslim yang terpercaya untuk pengobatan, khitan, atau penyelamatan dari bahaya kebakaran, tenggelam, dsb.
b. Di hadapan laki-laki yang memiliki hubungan mahram
Ada ulama yang mengatakan bahwa dalam kondisi itu wanita hanya boleh menampakkan bagian tubuh yang biasa terlihat sewaktu bekerja, yaitu: rambut, leher, lengan, dan  betis.
Allah berfirman :
“Dan hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasan-nya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra  saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka” ( QS. An Nur/24:31)
c. Di hadapan suami
Seorang wanita di hadapan suaminya boleh menampakkan seluruh anggota badannya. Karena segala sesuatu yang boleh dinikmati, tentu boleh juga dilihat.
Allah berfirman :
kecuali kepada suami mereka, …,
Ada sebagian ulama yang mengatakan makruh melihat kemaluan. Karena Aisyah RA mengatakan tentang hubungannya dengan Nabi Muhammad SAW:
Artinya: “Saya tidak pernah melihat darinya dan ia tidak pernah melihat dariku. (H.R. At Tirmidzi)
d. Budak wanita di hadapan orang yang tidak boleh menikmatinya
Aurat budak wanita di hadapan laki-laki yang tidak boleh menikmatinya adalah seperti aurat laki-laki, yaitu antara lutut dan pusar. Dan jika di hadapan tuan yang boleh menikmatinya maka kedudukannya bagaikan istri dengan suaminya.
Allah berfirman :
atau budak-budak yang mereka miliki,….
– Bersambung