A. Pengertian Strategi
Pembelajaran
Strategi berasal dari
bahasa Yunani
yaitu strategos yang artinya suatu usaha untuk mencapai
kemenangan dalam suatu peperangan
awalnya digunakan dalam lingkungan militer. Istilah strategi diadopsi dalam
konteks pembelajaran yang dikenal dengan istilah strategi pembelajaran. Banyak
pengertian strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Antara
lain sebagai berikut:
1.
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
kegiatan), termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya/kekuatan dalam pembelajaran (Wina Sanjaya, 2006).
2.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk memikirkan dan
mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek dari komponen pembentuk
sistem pembelajaran, dimana untuk itu guru menggunakan siasat tertentu.
3.
Strategi belajar mengajar sebagai pola umum perbuatan guru murid
di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar yang menunjuk pada karakteristik
abstrak dari pada rentetan perbuatan guru murid tersebut. T Raka Joni (1980).
Secara luas strategi
diartikan sebagai suatu cara penetapan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan
pencapaian tujuan pembelajaran, termasuk perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
Pada dimensi perencanaan strategi pembelajaran adalah desain yang memuat
komponen komponen pembelajaran secara utuh sebagai rencana dalam melaksanakan
pembelajaran. Pada dimensi pelaksanaan strategi pembelajaran merupakan upaya
yang strategis dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menyelaraskan
konsistensi komponen-komponen pembelajaran untuk mengefektifkan pencapaian
tujuan pembelajaran dan meningkatkan kualitas hasil belajar.
Seperti yang kita
ketahui bahwa strategi pembelajaran adalah alat interaksi di dalam proses
pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan harus menimbulkan aktifitas
belajar yang baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Setelah mencermati konsep strategi pembelajaran, kita perlu mengkaji pula tentang
istilah lain yang erat kaitanya dengan strategi pembelajaran dan memiliki keterkaitan
makna yaitu pendekatan, metoda dan teknik.
1. Pendekatan
Istilah pendekatan
secara harfiah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
“proses, perbuatan, cara mendekati. Pendekatan adalah cara umum seorang guru
memandang persoalan atau obyek sehingga diperoleh kesan tertentu. Kesan yang
muncul ini bagi seseorang mungkin saja berbeda dengan yang lainnya dan ini akan
berpengaruh pada pemilihan strategi.
Lebih Lanjut T Raka
Joni dalam Soli Abimayu, dkk (2008) mengemukakan: Pendekatan diartikan sebagai
“Cara umum dalam memandang permasalahan dan obyek kajian sehingga berdampak
ibarat seseorang menggunakan kacamata tertentu dalam memandang alam. Kacamata
berwarna hijau akan menyebabkan dunia kelihatan kehijau-hijauan kaca mata warna
coklat akan membuat dunia kelihatan kecoklat-coklatan.
Jadi pendekatan
digunakan apabila bersangkut paut dengan cara-cara umum atau asumsi dalam
menyikapi sesuatu masalah ke arah pemecahannya. Contohnya pendekatan sistem
dalam pembelajaran artinya memandang pembelajaran sebagai suatu sistem yang
terdiri dari kompoen-komponen yang satu sama lain saling berinteraksi
berhubungan dan saling ketergantungan. Mencermati beberapa pandangan tentang
strategi dan pendekatan sepertinya memiliki kemiripan tetapi ternyata
pendekatan berbeda baik dengan strategi maupun metode. Tetapi ketiganya memilki
keterkaitan dalam konteks pembelajaran.
Menurut Sanjaya
(2006) pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Bertolak dari beberapa pandangan di atas, pendekatan pembelajaran
adalah suatu cara pandang dalam melihat dan memahami situasi pembelajaran. Salah
satu konsep pokok utama yang perlu menjadi perhatian guru dalam memilih dan mengembangkan
strategi pembelajaran adalah pemahaman dan pengusaan konsep pendekatan
pembelajaran (learning approach). Seperti halnya batasan strategi
pembelajaran, pendekatan pembelajaran juga merupakan bagian dari pemerolehan
kerangka berpikir guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran agar berdaya
guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) tinggi. Cara pandang ini ada pada
titik yang berlawanan contoh ada yang berpusat pada guru yang dikenal (teacher
centred). Apabila dalam pebelajaran memandang siswa yang harus aktif siswa
sebagai subyek belajar maka pendekatan yang digunakan pendekatan berpusat pada
siswa atau (student centred). Roy Killen dalam Sanjaya (2006)
mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat
pada guru (teacher centred approach) dan pedekatan yang berpusat pada
siswa (student centred approach.
2. Metoda Pembelajaran (Metoda Mengajar)
Strategi dalam arti
sempit sering disebut metoda, kalau begitu apa bedanya strategi dengan metoda?
Menurut Sanjaya (2006) strategi adalah a plan of operation achieving
something. Sedangkan metoda adalah a way in achieving something.
Dari pengertian tersebut metoda adalah cara untuk mencapai tujuan. Menurut T.
Raka Joni dalam Soli Abimanyu dkk (2008) metoda sebagai cara kerja yang bersifat
relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain metoda adalah cara
yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan bahan pelajaran agar tujuan atau
kompetensi dasar dapat tercapai. Dalam strategi pembelajaran yang dipilih oleh
guru dapat menggunakan beberapa metoda, sebagai contoh; ketika seorang guru
menggunakan strategi ekspositorik, maka metoda yang digunakan bisa metoda ceramah
dan tanya jawab. Apabila menggunakan strategi heuristik dapat menggunakan
metoda ceramah, eksperimen dan diskusi.
Coba Anda cermati
konsep pendekatan strategi dan metoda di mana letak perbedaan dari ketiga
konsep tersebut dan bagaimana keterkaitan ketiga konsep tersebut dalam konteks
pembelajaran.
Melalui bagan tersebut
secara visual kita dapat melihat secara jelas keterkaian antara pendekatan,
strategi dan mettda. Contoh apabila guru menggunakan pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada guru maka strategi pembelajarannya bisa ekspositorik atau
deduktif. Sedangkan metoda yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik mata
pelajaran apakah menggunakan metoda ceramah, tanya jawab, demonstrasi atau
ketiganya. Demikian pula halnya apabila guru menggunakan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa maka strategi yang dapat dipilih heuristik
atau induktif. Sedangkan metoda yang digunakan diskusi, simulasi, eksperimen
atau metoda-metoda pembelajaran (metoda mengajar) yang memungkinkan siswa
aktif.
B.
Dasar Pemilihan Strategi Pembelajaran
1.
Tujuan Pembelajaran
Penetapan tujuan
pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran.
Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir
pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat
terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran. Tujuan pembelajaran
adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh
siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Tujuan
pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru. Misalnya, seorang guru Olahraga dan Kesehatan menetapkan
tujuan pembelajaran agar siswa dapat mendemontrasikan cara menendang
bola dengan baik dan benar. Dalam hal ini metode yang dapat membantu
siswa-siswa mencapai tujuan adalah metode ceramah, guru memberi instruksi,
petunjuk, aba-aba dan dilaksanakan di lapangan, kemudian metode demonstrasi,
siswa-siswa mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar,
selanjutnya dapat digunakan metode pembagian tugas, siswa-siswa diberi tugasi,
bagaimana menjadi keeper, kapten, gelandang, dan apa tugas mereka, dan
bagaimana mereka dapat bekerjasama dan menendang bola.
Dalam contoh
ini, terdapat kemampuan siswa pada tingkat kognitif dan psikomotorik. Demikian
juga diaplikasikan kemampuan afektif, tentang bagaimana kemampuan mereka dalam
bekerjasama dalam bermain bola dari metode pemberian tugas yang diberikan guru
kepada setiap individu.
Dalam silabus
telah dirumuskan indikator hasil belajar atau hasil yang diperoleh siswa
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran. Terdapat empat komponen pokok
dalam merumuskan indikator hasil belajar yaitu:
a. Penentuan subyek belajar untuk
menunjukkan sasaran belajar.
b.
Kemampuan
atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat ditampilkan melalui peformance
siswa.
c. Keadaan dan situasi
di mana siswa dapat mendemonstrasikan performance-nya
d. Standar kualitas dan kuantitas hasil
belajar.
Berdasarkan
indikator dalam penentuan tujuan pembelajaran maka dapat dirumuskan tujuan
pembelajaran mengandung unsur; audience (peserta didik), behavior (perilaku yang
harus dimiliki), condition (kondisi dan situasi) dan degree (kualitas dan
kuantĂtas hasil belajar).
2.
Aktivitas dan Pengetahuan Awal Siswa
Belajar merupakan perbuatan, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat mendorong
aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan hanya terbatas pada aktifitas
fisik saja akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis atau
aktivitas mental.
Pada awal atau
sebelum guru masuk ke kelas memberi materi pengajaran kepada siswa, ada tugas
guru yang tidak boleh dilupakan adalah untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.
Sewaktu memberi materi pengajaran kelak guru tidak kecewa dengan hasil yang
dicapai siswa, untuk mendapat pengetahuan awal siswa guru dapat melakukan
pretes tertulis, tanya jawab di awal pelajaran.
Dengan mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat menyusun strategi
memilih metode pembelajaran yang tepat pada siswa-siswa.
Apa metode yang
akan kita pergunakan? Sangat tergantung juga pada pengetahuan awal siswa, guru
telah mengidentifikasi pengetahuan awal. Pengetahuan awal dapat berasal dari
pokok bahasan yang akan kita ajarkan, jika siswa tidak memiliki prinsip,
konsep, dan fakta atau memiliki pengalaman, maka kemungkinan besar mereka belum
dapat dipergunakan metode yang bersifat
belajar mandiri, hanya metode yang dapat diterapkan ceramah, demonstrasi,
penampilan, latihan dengan teman, sumbang saran, pratikum, bermain peran dan
lain-lain. Sebaliknya jika siswa telah memahami prinsip, konsep, dan fakta maka
guru dapat mempergunakan metode diskusi, studi mandiri, studi kasus, dan metode
insiden, sifat metode ini lebih banyak analisis, dan memecah masalah.
3.
Integritas Bidang Studi/Pokok Bahasan
Mengajar
merupakan usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan
hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga meliputi pengembangan
aspek afektif dan aspek psikomotor. Karena itu strategi pembelajaran harus
dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian
secara terintegritas. Karena itu metode yang digunakan lebih
berorientasi pada masing-masing ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik)
yang terdapat dalam pokok bahasan.
Umpamanya ranah
psikomotorik lebih dominan dalam pokok bahasan tersebut, maka metode
demonstrasi yang dibutuhkan, siswa berkesempatan mendemostrasikan materi secara
bergiliran di dalam kelas atau di lapangan. Dengan demikian metode yang kita
pergunakan tidak terlepas dari bentuk dan muatan materi dalam pokok bahasan
yang disampaikan kepada siswa.
Dalam
pengelolaan pembelajaran terdapat beberapa prinsip yang harus diketahui di
antaranya:
a.
Interaktif
Proses
pembelajaran merupakan proses interaksi baik antara guru dan siswa, siswa
dengan siswa atau antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi
memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.
b.
Inspiratif
Proses
pembelajaran merupakan proses yang inspiratif, yang memungkinkan siswa untuk
mencoba dan melakukan sesuatu. Biarkan siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sndiri, sebab pengetahuan pada
dasarnya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap subjek
belajar.
c.
Menyenangkan
Proses
pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan. Proses pembelajaran
menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruangan yang apik dan menarik dan
pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan
pola dan model pembelajaran, media dan sumber-sumber belajar yang relevan.
d.
Menantang
Proses
pembelajaran merupakan proses yang menantang siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan itu
dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui
kegiatan mencoba-coba,
berpikir intuitif atau bereksplorasi.
b.
Motivasi
Motivasi
merupakan aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Motivasi dapat
diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak dan
melakukan sesuatu. Seorang guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman
dan materi belajar bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar
bukan hanya sekadar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong
oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.
4.
Alokasi Waktu dan Sarana Penunjang
Waktu yang tersedia dalam pemberian materi pelajaran satu jam pelajaran 45
menit, maka metode yang dipergunakan telah dirancang sebelumnya, termasuk di
dalamnya perangkat penunjang pembelajaran, perangkat pembelajaran itu dapat
dipergunakan oleh guru secara berulang-ulang, seperti transparan, chart, video pembelajaran, film, dan
sebagainya.
Metode
pembelajaran disesuaikan dengan materi, seperti mata pelajaran IPA, metode yang
akan diterapkan adalah metode praktikum, bukan berarti metode lain tidak kita
pergunakan, metode ceramah sangat perlu yang waktunya dialokasi sekian menit
untuk memberi petunjuk, aba-aba, dan arahan. Kemudian memungkinkan
mempergunakan metode diskusi, karena dari hasil praktikum siswa memerlukan
diskusi kelompok untuk memecah masalah/problem yang mereka hadapi.
5.
Jumlah Siswa
Idealnya metode
yang kita terapkan di dalam kelas perlu mempertimbangkan jumlah siswa yang
hadir, rasio guru dan siswa agar proses belajar mengajar efektif, ukuran kelas
menentukan keberhasilan terutama pengelola-an kelas dan penyampaian materi.
Para ahli
pendidikan berpendapat bahwa mutu pengajaran akan tercapai apabila mengurangi
besarnya kelas, sebaliknya pengelola pendidikan mengatakan bahwa kelas yang
kecil-kecil cenderung tingginya biaya pendidikan dan latihan. Kedua pendapat
ini bertentangan, manakala kita dihadapkan pada mutu, maka kita membutuhkan
biaya yang sangat besar, bila pendidikan mempertimbangkan biaya sering mutu
pendidikan terabaikan, apalagi saat ini kondisi masyarakat Indonesia mengalami
krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Pada sekolah
dasar umumnya mereka menerima siswa maksimal 40 orang, dan sekolah lanjutan
maksimal 32 orang.
Kebanyakan ahli pendidikan berpendapat idealnya satu kelas pada sekolah dasar
dan sekolah lanjutan 24 orang. Ukuran kelas besar dan jumlah siswa yang banyak, metode
ceramah lebih efektif, akan tetapi yang
perlu kita ingat metode ceramah memiliki banyak kelemahan dibandingkan
metode lainnya, terutama dalam pengukuran keberhasilan siswa. Di samping metode
ceramah guru dapat melaksanakan tanya jawab, dan diskusi. Kelas yang kecil
dapat diterapkan metode tutorial karena pemberian umpan balik dapat cepat
dilakukan, dan perhatian terhadap kebutuhan individual lebih dapat dipenuhi.
6.
Pengalaman dan Kewibawaan Pengajar
Guru yang baik
adalah guru yang berpengalaman, pribahasa mengatakan ”Pengalaman adalah guru
yang baik”, hal ini diakui di lembaga pendidikan, kriteria guru berpengalaman,
dia telah mengajar selama lebih kurang 10 tahun, maka sekarang bagi calon
kepala sekolah boleh mengajukan permohonan menjadi kepala sekolah bila telah
mengajar minimal 5 tahun. Dengan demikian guru harus memahami seluk-beluk
persekolahan. Strata pendidikan bukan menjadi jaminan utama dalam keberhasilan
belajar akan tetapi pengalaman yang menentukan, umpamanya guru peka terhadap
masalah, memecahkan masalah, memilih metode yang tepat, merumuskan tujuan
instruksional, memotivasi siswa, mengelola siswa, mendapat umpan balik dalam
proses belajar mengajar. Jabatan guru adalah jabatan profesi, membutuhkan
pengalaman yang panjang sehingga kelak menjadi profesional, akan tetapi
profesional guru belum terakui seperti profesional lainnya terutama dalam upah
(payment), pengakuan (recognize). Sementara guru diminta
memiliki pengetahuan menambah pengetahuan (knowledge
esspecialy dan skill) pelayanan (service)
tanggung jawab (responsbility) dan persatuan (unity)
(Glend Langford, 1978). Di samping
berpengalaman, guru harus berwibawa. Kewibawaan merupakan syarat mutlak yang
bersifat abstrak bagi guru karena guru harus berhadapan dan mengelola siswa
yang berbeda latar belakang akademik dan sosial, guru merupakan sosok tokoh
yang disegani bukan ditakuti oleh anak-anak didiknya. Kewibawaan ada pada orang
dewasa, ia tumbuh berkembang mengikuti kedewasaan, ia perlu dijaga dan dirawat,
kewibawaan mudah luntur oleh perbuatan-perbuatan yang tercela pada diri sendiri
masing-masing. Jabatan guru adalah jabatan profesi terhomat, tempat orang-orang
bertanya, berkonsultasi, meminta pendapat, menjadi suri tauladan dan
sebagainya, ia mengayomi semua lapisan masyarakat.