DAFTAR PESERTA CATUR TINGKAT MTS TAHUN PELAJARAN 2013/2014 | |||||
NO | NAMA | RATING | BINTANG | RANKING | KET |
1 | MUTAKIN | 1648 | BIRU | 1 | 1/11/2013 |
2 | ALDI.R | 1635 | BIRU | 2 | |
3 | ABAS | 1621 | BIRU | 3 | |
4 | JURI | 1623 | BIRU | 4 | |
5 | HAYAT | 1603 | BIRU | 5 | |
6 | PUTRA | 1588 | HIJAU | 6 | |
7 | JEKI | 1572 | HIJAU | 7 | |
8 | ERI | 1539 | HIJAU | 8 | |
9 | WAWAN | 1525 | HIJAU | 9 | |
10 | ANSHAR | 1511 | HIJAU | 10 | |
11 | ARBAIN | 1514 | HIJAU | ||
12 | MIRLY | 1496 | HIJAU | ||
13 | IRWANSYAH | 1497 | HIJAU | ||
14 | ALDI.J | 1488 | HIJAU | ||
15 | KANDIKA | 1469 | HIJAU | ||
16 | MUSLIHIN | 1470 | HIJAU | ||
17 | M.SIDDIQ.K | 1455 | HIJAU | ||
18 | AHMAD HUSAINI | 1403 | HIJAU | ||
19 | ZAINI | 1402 | HIJAU | ||
Batu Sopang, 01 Noveber 2013 | |||||
Pembina Catur | |||||
Marhad Abas, S.Pd.I |
Kamis, 31 Oktober 2013
Rabu, 30 Oktober 2013
Ali bin Abi Thalib
Pada suatu ketika
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyatakan bahwa dirinya
diibaratkan sebagai kota
ilmu, sementara Ali bin Abi Thalib adalah gerbangnya ilmu. Mendengar pernyataan
yang demikian, sekelompok kaum Khawarij tidak mempercayainya. Mereka tidak
percaya, apa benar Ali bin Abi Thalib cukup pandai sehingga ia mendapat julukan
"gerbang ilmu" dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Berkumpullah
sepuluh orang dari kaum Khawarij. Kemudian mereka bermusyawarah untuk menguji
kebenaran pernyataan Rasulullah tersebut. Seorang di antara mereka berkata,
"Mari sekarang kita tanyakan pada Ali tentang suatu masalah saja.
Bagaimana jawaban Ali tentang masalah itu. Kita bisa menilai seberapa jauh
kepandaiannya. Bagaimana? Apakah kalian setuju?"
"Setuju!"
jawab mereka serentak.
"Tetapi
sebaiknya kita bertanya secara bergiliran saja", saran yang lain.
"Dengan begitu kita dapat mencari kelemahan Ali. Namun bila jawaban Ali
nanti selalu berbeda-beda, barulah kita percaya bahwa memang Ali adalah orang
yang cerdas."
"Baik juga
saranmu itu. Mari kita laksanakan!" sahut yang lainnya.
Hari yang telah
ditentukan telah tiba. Orang pertama datang menemui Ali lantas bertanya,
"Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?"
"Tentu saja
lebih utama ilmu," jawab Ali tegas.
"Ilmu adalah
warisan para Nabi dan Rasul, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Fir'aun,
Namrud dan lain-lainnya," Ali menerangkan.
Setelah mendengan
jawaban Ali yang demikian, orang itu kemudian mohon diri. Tak lama kemudian
datang orang kedua dan bertanya kepada Ali dengan pertanyaan yang sama.
"Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?"
"Lebih utama
ilmu dibanding harta," jawab Ali.
"Mengapa?"
"Karena ilmu
akan menjaga dirimu, sementara harta malah sebaliknya, engkau harus
menjaganya."
Orang kedua itu pun
pergi setelah mendengar jawaban Ali seperti itu. Orang ketiga pun datang
menyusul dan bertanya seperti orang sebelumnya.
"Bagaimana
pendapat tuan bila ilmu dibandingkan dengan harta?"
Ali kemudian
menjawab bahwa, "Harta lebih rendah dibandingkan dengan ilmu?"
"Mengapa bisa
demikian tuan?" tanya orang itu penasaran.
"Sebab orang
yang mempunyai banyak harta akan mempunyai banyak musuh. Sedangkan orang yang
kaya ilmu akan banyak orang yang menyayanginya dan hormat kepadanya."
Setelah
orang itu pergi, tak lama kemudian orang keempat pun datang dan menanyakan
permasalahan yang sama. Setelah mendengar pertanyaan yang diajukan oleh orang
itu, Ali pun kemudian menjawab, "Ya, jelas-jelas lebih utama ilmu."
"Apa
yang menyebabkan demikian?" tanya orang itu mendesak.
"Karena bila
engkau pergunakan harta," jawab Ali, "jelas-jelas harta akan semakin
berkurang. Namun bila ilmu yang engkau pergunakan, maka akan semakin bertambah
banyak."
Orang kelima
kemudian datang setelah kepergian orang keempat dari hadapan Ali. Ketika
menjawab pertanyaan orang ini, Ali pun menerangkan, "Jika pemilik harta
ada yang menyebutnya pelit, sedangkan pemilik ilmu akan dihargai dan
disegani."
Orang keenam lalu
menjumpai Ali dengan pertanyaan yang sama pula. Namun tetap saja Ali
mengemukakan alasan yang berbeda. Jawaban Ali tersebut ialah, "Harta akan
selalu dijaga dari kejahatan, sedangkan ilmu tidak usah dijaga dari kejahatan,
lagi pula ilmu akan menjagamu."
Dengan pertanyaan
yang sama orang ketujuh datang kepada Ali. Pertanyaan itu kemudian dijawab Ali,
"Pemilik ilmu akan diberi syafa'at oleh Allah Subhaanahu wa Ta'ala di hari
kiamat nanti, sementara pemilik harta akan dihisab oleh Allah kelak."
Kemudian kesepuluh
orang itu berkumpul lagi. Mereka yang sudah bertanya kepada Ali mengutarakan
jawaban yang diberikan Ali. Mereka tak menduga setelah mendengar setiap
jawaban, ternyata alasan yang diberikan Ali selalu berbeda. Sekarang tinggal
tiga orang yang belum melaksanakan tugasnya. Mereka yakin bahwa tiga orang itu
akan bisa mencari celah kelemahan Ali. Sebab ketiga orang itu dianggap yang
paling pandai di antara mereka.
Orang kedelapan
menghadap Ali lantas bertanya, "Antara ilmu dan harta, manakah yang lebih
utama wahai Ali?"
"Tentunya
lebih utama dan lebih penting ilmu," jawab Ali.
"Kenapa
begitu?" tanyanya lagi.
"Dalam waktu
yang lama," kata Ali menerangkan, "harta akan habis, sedangkan ilmu
malah sebaliknya, ilmu akan abadi."
Orang kesembilan
datang dengan pertanyaan tersebut. "Seseorang yang banyak harta",
jawab Ali pada orang ini, "akan dijunjung tinggi hanya karena hartanya.
Sedangkan orang yang kaya ilmu dianggap intelektual."
Sampailah giliran
orang terakhir. Ia pun bertanya pada Ali hal yang sama. Ali menjawab,
"Harta akan membuatmu tidak tenang dengan kata lain akan mengeraskan
hatimu. Tetapi, ilmu sebaliknya, akan menyinari hatimu hingga hatimu akan
menjadi terang dan tentram karenanya."
Ali pun kemudian
menyadari bahwa dirinya telah diuji oleh orang-orang itu. Sehingga dia berkata,
"Andaikata engkau datangkan semua orang untuk bertanya, insya Allah akan
aku jawab dengan jawaban yang berbeda-beda pula, selagi aku masih hidup."
Kesepuluh orang itu
akhirnya menyerah. Mereka percaya bahwa apa yang dikatakan oleh Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas adalah benar adanya. Dan ali memang
pantas mendapat julukan "gerbang ilmu". Sedang mengenai diri
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sudah tidak perlu diragukan lagi.
sumber: alislam.or.id
Selasa, 29 Oktober 2013
Akibat Menolong seekor Semut
Di suatu desa, ada
sebuah keluarga yang hidupnya serba kecukupan dan juga sangat bahagia. Keluarga
ini terdiri dari lima
orang, dua seorang Istri dan Suami, dan memiliki tiga orang anak, satu anak
perempuan, dua anak lelaki. Ibu ini bernama Marinah binti Marsono yaitu,
seorang yang hidupnya sederhana, serta selalu taat pada perintah Allah Swt. Di
dalam menjalani kehidupanya Marinah selalu menolong orang yang mengalami
kesusahan. Marinah kerja sebagai seorang pencuci pakaian orang lain. Sudah
jelaslah penghasilannya sangat sedikit.
Hal yang paling
menyedihkan pada hidupnya, marinah mengalami suatu musibah yaitu, suaminya
telah meninggal dunia akibat penyakit yang yang di derita. Dengan terjadinya
Musibah yang menimpa pada diri Marinah inilah, Marinah semakin taat pada Allah
dan lebih giat lagi dalam bekerja, guna memenuhi semua kebutuhan anak-anaknya
yang masih kecil.
Di suatu hari,
seperti biasanya Marinah bekerja mencuci baju orang lain, sedangkan anaknya
Marinah titip kan
pada orangtuanya. Akhirnya Marinah bekerja dengan tengan dan penuh semangat
karena tidak ada yang mengganggunya dalam melaksanakan tugasnya yaitu mencuci
baju seperti biasanya. Dan tak pernah lupa juga ia selalu mendirikan Shalat
lima waktu, Puasa pada bulan Ramadhan, serta sedekah apabila Marinah
mendapatkan rezeki yang lebih dari pada cuku untuk membeli keperluan anaknya,
dan melaksanakan amalan-amalan lainya seperti menolong orang lain yang
membutuhkan pertolongannya.
Pada suatu ketika
Marinah melihat seekor semut yang hampir saja akan di injak orang seorang
manusa yang sedang berjalan. Lalau Marinah menolong dan menyelamatkan semut
itu.
Setelah satu bulan
penuh, Marinah menjadi seorang yang hidupnya serba kecukupan, namun dengan hidup
kecukupan itu Marinah masih tetap menjadi seorang Wanita yang dermawan.
Hari demi hari,
bulan demi bulan, tahun demi tahun, Marinah semakin tua. karena umur semakin
tuan Marinahpun mengalami penyakit yang sangat parah. Dengan penyakit yang
diteritanya. Marinah Jatuh sakit. Beberapa Minggu kemudian Marinah telah
menghadap Allah Swt. “Inna lil lahi Wainna Ilaihi Roziun”.
Tapi sebelum
marinah meninggal dunia. Marinah memberi dua wasiat pada orangtuanya. Pertama
supaya dia kelak di semawamkan di dekat kuburan Suaminya. Dan kedua supaya ayah
dan ibunya menjaga Anak-anak Marinah yang di tinggalkannya.
Singkatnya cerita
Marinah meninggal dunia pada hari hari Jum’at tanggal 17 Ramadhan 1024 H. dan
di semawamkan di dekat kuburan Suaminya yang tercinta.
Pada suatu malam,
sang Ayah bermimpi bertemu dengan Anaknya / Marinah, di suatu tempat yang
sangat indah dan harus semerbah seperti harumnya bunga kesturi pastilah ini
adalah surga. Ayahnya bertanya pada Marinah,”Tempat apakah ini?” Ini adalah
Surga yang dijanjikan Tuhan pada Hamba-hambanya yang selalu taat pada sang Maha
Pencipta, yaitu Allah Swt. Ayah pun bertanya lagi. “Apa yang menyebabkan
Marinah masuh surga ini?”Apakah, karena kamu dulu sering beribadah pada Tuhan
dan Menolong pada orang lain?”. Marinah berkata.” Bukan wahai Ayah handaku”!
yang menyebabkan aku masuh surga ini adalah, karena aku dulu sewaktu didunia
menyelamatkan se ekor semut yang hampi ke injak oleh seorang manusia yang
berjalan. Dan karena amalan inilah saya oleh tuhan di masukkan kedalam surga
ini.
Aku Berjuang Bukan Untuk Umar
“Orang seperti dia, tidak dapat tanpa diketahui
dibiarkan begitu saja. Dia harus diincar sebagai calon pemimpin Islam. Jika dia
menggabungkan diri dengan kaum Muslimin dalam peperangan melawan orang-orang
kafir, kita harus mengangkatnya ke dalam golongan pemimpin”. (Perkataan Rasulullah tentang Khalid bin Walid).
Entah apa yang ada di benak Khalid bin Walid ketika Abu
Bakar menunjuknya menjadi panglima pasukan sebanyak 46.000. Hanya ia dan Allah
saja yang tahu kiranya. Khalid tak hentinya beristigfar. Ia sama sekali tidak
gentar dengan peperangan yang akan ia hadapi. 240.000 tentara Bizantin. Ia
hanya khawatir tidak bisa mengendalikan hatinya karena pengangkatan itu. Kaum
muslimin tengah bersiap menyongsong Perang Yarmuk sebagai penegakan izzah Islam
berikutnya.
Hampir semua tentara muslim gembira dengan penunjukkan
itu. Selama ini memang Khalid bin Walid adalah seorang pemimpin di lapangan
yang tepat. Abu Bakar pun tidk begitu saja menunjuk pejuang yang berjuluk
“Pedang Allah” itu. Sejak kecil, Khalid dikenal sebagai seorang yang keras.
Padahal ia dibesarkan dari sebuah keluarga yang kaya. Sejak usia dini, ia
menceburkan dirinya ke dalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah
mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga
mencurahkan perhatiannya ke dalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya
yang asli, ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi
seorang yang luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang.
Konon, hanya Khalid bin Walid seorang yang pernah memorak-porandakan pasukan
kaum muslimin, semasa ia masih belum memeluk Islam.
Khalid bin Walid sekarang memutar otak. Bingung bukan
buatan. Tentara Bizantin Romawi berkali-kali lipat banyaknya dengan jumlah
pasukan kaum muslimin. Ditambah, pasukan Islam yang dipimpinya tanpa
persenjataan yang lengkap, tidak terlatih dan rendah mutunya. Ini berbeda
dengan angkatan perang Romawi yang bersenjatakan lengkap dan baik, terlatih dan
jumlahnya lebih banyak. Dan mereka akan berhadapan di dataran Yarmuk. Tentara
Romawi yan hebat itu berkekuatan lebih dari 3 lakh serdadu bersenjata lengkap,
diantaranya 80.000 orang diikat dengan rantai untuk mencegah kemungkinan
mundurnya mereka. Tentara Muslim seluruhnya berjumlah 46.000 orang itu, sesuai
dengan strategi Khalid, dipecah menjadi 40 kontingen untuk memberi kesan
seolah-olah mereka lebih besar daripada musuh.
Strategi Khalid ternyata sangat ampuh. Saat itu, taktik
yang digunakan oleh Romawi terutama di Arab Utara dan selatan ialah dengan
membagi tentaranya menjadi lima
bagian, depan, belakang, kanan, kiri dan tengah. Heraclus sebagai ketua tentara
Romawi telah mengikat tentaranya dengan besi antara satu sama lain. Ini
dilakukan agar mereka jangan sampai lari dari peperangan. Romawi juga
menggunakan taktik dan strategi tetsudo (kura-kura). Jenis tentara Rom dikenal
sebagai ‘legions', yang satu bagiannya terdapat 3000-6000 laskar berjalan kaki
dan 100-200 laskar berkuda. Ditambah dengan dan ‘tentara bergajah'. Kegigihan
Khalid bin Walid dalam memimpin pasukannya membuahkan hasil yang membuat hampir
semua orang tercengang. Pasukan muslim yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu
berhasil memukul mundur tentara Romawi dan menaklukkan wilayah itu.
Tentara kaum muslimin jelas sangat bersuka cita. Semua
mengucapkan syujur kepada Allah swt. Namun semua orang juga tertuju kepada sang
panglima, Khalid bin Walid. Strateginya telah memberikan kemudahan bagi kaum
muslimin. Hampir semua orang menyebut-nyebut dan memuji Khalid bin Walid.
Sisa-sisa perang Yarmuk belum lagi hilang. Kegembiraan
kaum muslimin pun belum juga sirna. Di tengah-tengah itu datang lah utusan dari
Umar bin Khattab. Umar yang telah menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar
merasa khawatir, kekaguman kaum muslimin terhadap Khalid bin Walid terlalu
berlebihan. Khawatir akan mempengaruhi perjuangan Khalid. Maka, Umar pun
menunjukkan seseorang yang jauh lebih muda daripada Khalid untuk
menggantikannya, Abu Ubaidah. Dibandingkan dengan Khalid bin Walid, Abu Ubaidah
masih belum apa-apa.
Khalid bin Walid terdiam. Sepenuhnya ia memahami
penggantian itu. Ia sama sekali tidak terpengaruh. Orang-orang sempat terdiam
ketika panglima besar itu berujar dengan tegas, “Aku berperang bukan untuk
Umar. Tapi untuk Islam.” Setelah itu, Khalid terus ikut berjuang membela Islam
seperti biasanya. Tidak terpengaruh oleh penurunan pangkatnya. Untuk Islam,
hatinya senantiasa ikhlas, karena apapun yang ia lakukan – besar ataupun kecil,
jika itu untuk Allah, akan berbuah surga.
Wallahu A' lam bish Shawab
--------
Penulis/Sumber : Majalah Saksi
Pengirim : Ayu Shafiyah
Email : shaf_si_116@yahoo.com
Akan Datang Penghuni Surga
Di suatu hari Nabi sedang duduk di Masjid bersama para
sahabatnya. Tiba-tiba Nabi berseru, "akan datang penghuni surga."
Serentak para sahabat memandang ke arah pintu.
Ternyata datanglah seorang sahabat yang memberi salam
pada mejelis Nabi lalu shalat.
Keesokan harinya lagi, pada sitausi yang sama, Rasul
berseru,
"Akan datang penghuni surga." Tiba-tiba hadir
dari arah pintu sahabat yang kemaren juga digelari Rasul penghuni surga.
Selepas bubarnya mejelis Nabi, seorang sahabat mengejar
"penghuni surga" tersebut. Ia berkata, "maafkan saya wahai
saudaraku. Aku bertengkar dengan keluargaku bolehkah aku
barang satu-dua hari menginap di rumahmu?"
"Penghuni surga" ini lalu berkata,
"baiklah..." Satu hari berlalu, dua hari berlalu dan tiga hari pun
berlalu. Akhirnya sahabat ini tak tahan dan berkata pada "penghuni
surga". "Wahai saudaraku sebenarnya aku telah berbohon padamu. Aku
tak bertengkar dengan keluargaku.
Aku bermalam di rumahmu untuk melihat apa amalanmu
karena aku mendengar rasul menyebutmu penghuni surga. Tapi setelah aku
perhatikan amalan mu sama dengan apa yang aku kerjakan. Aku jadi tak
mengerti..."
"Penghuni surga" itu menjawab, "maafkan
aku, memang inilah aku! Ibadah yang aku jalankan tidak kurang- tidak lebih
sebagaimana yang engkau saksikan selama tiga hari ini. Aku tak tahu mengapa
Rasul menyebutku "penghuni surga".
Sahabat itu lalu pergi meninggalkan "penghuni
surga". Tiba-tiba "penghuni surga" itu memanggil sahabat tersebut.
"Saudaraku, aku jadi teringat sesuatu. Aku tak pernah dengki pada sesama
muslim.
Mungkin ini......"
Sahabat tersebut langsung berseru, "ini dia yang
membedakan engkau dengan kami. Ini dia rahasianya mengapa Rasul menyebutmu
penghuni surga. Ini yang tak dapat kami lakukan."
Ternyata, soal dengki ini bukan persoalan sepele. Ada seorang tukang sate
di tempat saya. Alhamdulillah satenya yang memang empuk itu laris bukan main.
Tetangganya mulai mencibir dan menuduh si Tukang sate memelihara tuyul. Ketika
anak si Tukang Sate kecelakaan, lagi-lagi tetangganya mencibir, "rasakan!
itulah tumbal akibat main tuyul!"
Lihatlah kita. Apakah kita bertingkah laku persis
tetangga Tukang Sate tersebut? Kita tak rela kalau saudara kita memiliki nilai
"lebih" di mata kita. Repotnya, rumput tetangga itu biasanya terlihat
lebih "hijau" dibanding rumput kita. Kita dengki dengan keberhasilan
saudara kita.
Ada seorang wanita karir yang berhasil. Karena beban
kerjanya dia sering kerja lembur sampai baru pulang saat larut malam.
Tetangganya menuduh ia wanita jalang. Ketika dari hasil jerih payahnya ia mampu
membeli mobil, tetangganya ribut lagi, kali ini ia disebut "simpanan
seorang bos".
Masya Allah! Bukannya belajar dari keberhasilan saudara
kita tersebut, kita malah mencibir dan menuduhnya yang bukan-bukan.
Dengki adalah persoalan hati. Dari dengki biasanya
lahir buruk sangka, kemudian dari buruk sangka biasanya lahir fitnah dan
tuduhan, untuk menyebarkan fitnah ini kita
bergosip kemana-mana sambil menggunjingkan perilaku
orang tersebut.
Lihatlah, bermula dari dengki kemudian menyusul
perbuatan dosa yang lain!
Sulit sekali menghilangkan rasa dengki tersebut. Untuk
itu marilah kita minta perlindungan-Nya:
"Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan
saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah
Engkau membiarkan KEDENGKIAN dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman;
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."
(QS 59:10)
Senin, 28 Oktober 2013
Airmata Rasulullah Saw
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang
berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi
Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang
demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata
sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai
anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku
melihatnya," tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan
yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak
dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara,
dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata
Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang
menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama
menyertainya.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah
bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia
ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya
Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah
terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.
Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,"
kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih
penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?"
Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman
kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah
berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan
tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah
bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit
sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali
yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya
Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup,
melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian
terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini
kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai ding! in, kaki dan
dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu,
Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat
aimanuku - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di
antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling
berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan
telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii,
ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi
sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala
Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
NB: Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar
timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya
mencintai kita.
Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana
belaka. Amin... Usah gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak yang
menyayangi mu di dunia tapi gelisahlah apabila dibenci Allah karena tiada lagi
yang mengasihmu diakhirat.
Langganan:
Postingan (Atom)